BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar
merupakan proses perubahan dalam kepribadian seseorang, perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan sikap, kecakapan, pemahaman, pengetahuan, kebiasaan,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan lainnya. Anak yang mengalami
kesulitan belajar merupakan anak yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademiknya, yang disebabkan oleh adanya disfungsi pada otak sehingga prestasi
belajarnya tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya.
Dalam mendidik
anak orang tua pastinya berusaha semaksimal mungkin agar anaknya menjadi
pintar. Kesulitan belajar yang paling mendasar dari semua kesulitan belajar
adalah kesulitan belajar membaca. Membaca merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap anak pada usia pemulaan sekolah dasar, karena melalui
membaca, anak dapat belajar banyak mengenai bidang studi. Oleh karena itu,
membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak usia dini kepada
anak, terutama untuk anak-anak yang memasuki sekolah TK bahkan PAUD. Karena
pada saat ini anak yang akan memasuki jenjang SD diharuskan mengikuti tes
unrtuk membaca terlebih dahulu.
Jika anak pada
permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam mempelajari bidang studi yang ada di jenjang berikutnya. Karena
melalui membaca dapat membantu siswa mempelajari banyak hal. Mengenai
permasalahan kesulitan dalam belajar membaca ini saya mencoba observasi di RA
Darussalam Rukti Basuki, Kec.Rumbia Kab.
Lampung Tengah pada tanggal 16 dan 29 September 2018. Disini saya memperhatikan
anak-anak yang sedang belajar membaca, dan memang terdapat satu anak yang susah
dalam membaca. Anak ini memang mengalami kesulitan dalam belajar membaca,
terlihat pada anak tersebut bahwa teman-teman yang usianya kurang dari dia
sudah lancar membaca, tetapi dengan usianya yang sudah hampir 8 tahun, tepatnya
7 tahun 6 bulan ini dia belum lancar dalam membaca kalimat yang ada di papan
tulis.
Dengan
terdapatnya siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca ini, pendidik yang
ada disekolahan tersebut seperti mengeluh dengan keadaan siswa tersebut. Karena keadaan dirinya sulit untuk membaca,
keadaan tersebut didasarkan karena ia dapat mengeja kata dan sering juga keliru
dalam menyebutkan huruf-hurufnya. Contohnya seperti menyebutkan huruf u menjadi
huruf n.
Anak
berkesulitan belajar membaca sering disebut juga dengan dislexia, adalah anak
yang sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini
mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap,
pengubanhan tempat, tidak menegnal kata, dan tersentak-sentak.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Kesulitan Belajar?
2. Apa Saja Penyebab Kesulita Belajar?
3.Apa Yang Dimaksud Kesulitan Belajar Membaca?
4. Apa Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca?
5. Apa Saja faktor Penyebab Kesulitan Belajar Membaca?
6. Apa Saja Jenis Kesulitan Membaca Permulaan?
C.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Kesulitan Belajar.
2. Utuk Mengetahui Penyebab Kesulitan Belajar.
3. Untuk Mengetahui Definisi Kesulitan Belajar Membaca.
4. Untuk Mengetahui Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca.
5. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Membaca.
6. Untuk Mengetahui Jenis Kesulitan Membaca Permulaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesulitan Belajar Membaca
1.
Definisi Kesulitan Belajar
Belajar merupakan sebagai tingkah laku yang dapat diubah melalui
latihan atau pengalaman. Dengan kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan
karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, fisik maupun psikis,
seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan atau sikap. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi
dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil dari belajar.[1]
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikmukakan oleh The United
States Office Of Education (USOE), PADA TAHUN 1997 YANG DIKENAL DENGAN Public
Law, mendefinisikan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ujaran dan tulisan. gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dari
bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi sepeti gangguan
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perekambangan. Batasan
tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik,
hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan
lingkungan, budaya dan ekonomi.[2]
2.
Penyebab Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan
eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities)
adalah faktor internal yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan
penyebab utama probelama belajar (learning problems) adalah faktor
eksternal, yaitu anatara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegitan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan
pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat.
Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan
belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah:[3]
a.
Faktor genetik,
b.
Luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen,
c.
Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan
saraf pusat),
d.
Biokimia yang dapat merusak otak (zat pewarna pada makanan),
e.
Pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam),
f.
Gisi yang tidak memadai, dan
g.
Pengaruh-pengaruh pskologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak (deprivasi lingkungan).
3.
Kesulitan Belajar Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).
Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “kesulitan
membaca”. Ada nama-nama lain menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective
readers dan remedial readen, sedangkan kesulitan belajaran yang
paling berat sering disebut dengan aleksia (alexia).
Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan
dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neurofisiologis. Bryan dan Bryan
seperti dikutip oleh Marcer, mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma
kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar sega
sesuatu yang berkenaan dengan sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan
masa. Menurut Learner, definisi kesulitan belajar membaca atau disleksia sangat
bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak.[4]
4.
Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca
Menurut Mercer, ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu:
a.
Kebiasaan membaca,
b.
Kekeliruan mengenal kata,
c.
Kekeliruan pemahaman, dan
d.
Gejala-gejala serba aneka.
Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan kebiasaan
membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya gerakan-gerakan
yang penuh ketegangan seperti menegerutkan kening, gelisah, irama suara
meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga sering memeperlihatkan adanya
perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca,
menangis atau mencoba melawan guru.
Pada saat membaca mereka sering kehilangan jejak sehingga terjadi
pengulangan atau ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca. Mereka juga
sering memeperlihatkan adanya gerakan kepala kearah lateral, ke kiri atau ke
kanan, dan kadang-kadang meletakkan kepalanya pada buku. Anak berkesulitan
belajar membaca juga sering memgang buku bacaan yang terlalu menyimpang dari
kebiasaan anak normal, yaitu jarak antara mata dan buku bacaan kurang dari 15
inci (kurang-lebih 37,5 cm).
Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan dalam
mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian,
pembalikan, salah ucap, pengubanhan tempat, tidak menegnal kata, dan
tersentak-sentak.
Myklebust dan Johnson seperti dikutip Hargrove dan Poteet
mengemukakan beberapa ciri anak yang mengalami berkesulitan belajar membaca,
antara lain:[5]
a.
Mengalami kekurangan daalm memori visual dan audiotoris, kekurangan
dalam emmori jangka pendek dan jangka panjang.
b.
Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari
dalam seminggu.
c.
Memiliki masalah dalam mengenal arah.
d.
Memiliki kekurangan dalam memahami waktu.
e.
Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap.
f.
Miskin dalam mengeja.
g.
Sulit dalam menginterpretasikan globe, peta, atau grafik.
h.
Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan.
i.
Kesulitan dalam belajar berhitung, dan
j.
Kesulitan belajar dalam bahasa asing.
Pendapat Vernon
yang juga dikutip oleh Hargrove dan Poteet mengemukakan perilaku anak
berkesulitan belajar membaca adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan,
b.
Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf,
c.
Memiliki kekurangan dalam memori visual,
d.
Memiliki kekuranagan dalam melakukan diskriminasi audiotoris,
e.
Tidak mampu memahami simbol bunyi,
f.
Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran,
g.
Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol ileguler (khusus
yang berbahasa Inggris),
h.
Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf,
i.
Membaca kata demi kata, dan
j.
Kurang memiliki kemampuan dalam berfikir konseptual.
5.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Membaca
Menurut
Jamaris, kesulitan belajar membaca disebbakan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah:
a.
Faktor fisik
1)
Kesulitan Visual (penglihatan)
2)
Kesulitan audiotory perseption (pendengaran)
3)
Masalah neuorologis (syaraf)
4)
Dyslexia (kesulitan membaca)
b.
Faktor Psikologis
1)
Faktor emosi
2)
Faktor intellegensi
3)
Faktor konsep diri
c.
Faktor Sosio-Ekonomi
Faktor sosio-ekonomi adalah faktor yang menyebabkan keadaan rumah
tidak kondusif untuk belajar.
d.
Faktor penyelenggaraan pendidikan yang kurang tepat
Fakor ini berikut dengan hal-hal berikut ini:
1)
Harapan guru yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan anak
2)
Pengelolaan kelas yang kurang efektif
3)
Guru yang terlalu banyak mengkritik anak
4)
Kurikulum yang terlalu padat
Berbagai riset menurut Frith, menjelaskan beberapa penyebab
dyslexia sebagai berikut:
a.
Faktor Biologis
Diantara yang termasuk dalam kesulitan belajar membaca yang
disebabkan oleh faktor biologis, yaitu riwayat keluarga yang pernah mengalami
dyslexia, kehamilan yang bermasalah, serta masalah yang cukup relevan.
b.
Faktor Kognitif
Faktor kognitif yang dijadikan penyebab dyslexia diantaranya, yaitu
pola arikulasi bahasa dan kurangnya kesadaran fonologi pada individu yang
bersangkutan.
c.
Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang dapat dijadikan penyebab dyslexia yaitu
masalah dalam hubungan sosial, stres yang merupakan implikasi dari kesulitan
belajar, serta gangguan motorik.[6]
6.
Jenis Kesulitan Membaca Pemulaan
Jenis
kesulitan belajar permulaan yang dihadapi oleh peserta didik usia sekolah kelas
rendah, antara lain:[7]
a.
Penghilangan huruf atau kata
b.
Penyelipan kata
c.
Penggantian kata
d.
Pengucapan kata yang salah dan makna yang berbeda
e.
Pengucapan kata yang salah tetapi makna yang sama
f.
Pengucapan kata salah tetapi tidak bermakna
g.
Pengulangan
h.
Pembalikan kata atau huruf
i.
Kurang memperhatikan tanda baca
j.
Ragu-ragu dalam membaca
BAB III
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PADA ANAK USIA DINI DI RA DARUSSALAM
RUKTI BASUKI, KEC.RUMBIA KAB.LAMPUNG TENGAH
A. Identitas Narasumber
1.
Identitas Anak
Nama
Lengkap : Aida Azka Mila
Nama
Panggilan : Azka
Jenis
kelainan : Kesulitan Belajar
Membaca
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Sekolah : RA.
Darussalam Rukti Basuki Kec. Rumbia Kab. Lampung Tengah
Alamat : Rukti Basuki Kec. Rumbia
Kab. Lampung Tengah
2.
Identitas Orang Tua
Nama
Ayah : Muhammad Toha
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama
Ibu : Watini
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Ortu : Rukti
Basuki Rb2, Kec. Rumbia Kab. Lampung Tengah
B. Masalah Kesulitan Belajar Membaca pada Anak
Dari penjelasan
diatas saya telah melakukan observasi serta wawancara di RA. Darussalam Rukti Basuki, saya
mengobservasi anak yang bernama Aida Azka Mila. Azka berusia 7 tahun 6 bulan,
ia merupakan anak perempuan dari pasangan Bpk.Muhammad Toha dan Ibu, Watini.
Bapak Azka berprofesi sebagai wiraswasta dan ibunya berprofesi sebagai
wiraswasta juga. Azka kesehariannya tinggal bersama neneknya dan kakeknya, ia
di tinggal orang tuanya sejak berusia 1 tahun karena orang tuanya bercerai dan
masing-masing pergi ke luar negeri, dengan keadaan yang seperti ini Azka
mengalami keterlambatan dalam membaca.
“Menurut Bryan
dan Bryan, kesulitan belajar membaca atau dislexia merupakan suatu sindroma
kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajatr segala sesuatu.”[8]
Dalam hal ini
Azka mengalami kesulitan membaca dengan menghilangkan huruf dalam kalimat atau
dalam membedakan huruf, contohnya seperti membaca minggu dibaca migu dan ketika
ia membaca huruf u dibaca n. Dalam mengeja ia juga belum terlalu bisa, padahal
teman-teman lainnya yang usianya lebih muda sudah pintar-pintar dalam mengeja.
Ketika ia sedang belajar dan diberi tugas oleh gurunya untuk menirukan tulisan
yang ada dibukunya, ia sering sesekali melihat-lihat teman-temannya yang sedang
menulis juga. Ketika ia ditegor ia langsung menulis lagi dibukunya.
Hal tersebut
sudah dijelaskan pada teori diatas bahwa dislexia merupakan kesulitan belajar
membaca pada anak yang sudah berusia 6 tahun keatas. Sesuai dengan teori yang
tertera diatas bahwa Azka memang mengalami kesulitan belajar membaca, dimana
Azka ketika membaca lebih dari 4 huruf mengalami penghilangan atau pengulangan
dalam mengeja satu persatu huruf-hurufnya. Jika lebih dari 4 seperti kata
minggu ia membacanya migu.
Terdapat
diagnosa kesulitan belajar menulis yang dialami oleh Azka, antara lain:
1.
Sering terjadi pengulangan dalam mengeja kata,
2.
Ia sering keliru dalam menyebutkan huruf, seperti u menjadi n
3.
Sering menghilangkan huruf dalam membaca, seperti minggu menjadi
migu,
4.
Ia tidak bisa membaca lebih dari 4 huruf, jika bisa hanya mengeja
perhurufnya saja,
5.
Suka melihat-lihat tulisan temannya ketika sedang belajar,
6.
Jika diberi tugas gurunya ia paling akhir menyelesaikannya dan
mengumpulkannya,
7.
Azka merupakan anak yang pendiam.
Adapun faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar membaca adalah
salah satunya faktor keluarga dan faktor kognitif. Pada anak kesuliatan dalam
membaca faktor keluarga merupakan faktor yangs sangat penting karena dalam ia
belajar tidak hanya di sekolahan tetapi juga dirumah, jika dalam keluarganya
tidak mau mengajarkan anak tersebut membaca maka ia akan mengalami kesulitan
dalam membaca, karena pendidikan pertama dilakukan oleh keluarga. Sedangkan
faktor kognitifnya anak yang berkesulitan belajar membaca adalah ia kurang
mampu menangkap atau mengingat huruf-huruf yang sudah dipelajarinya dan
menggabungkannya menjadi kata bahkan kalimat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Anak berkesulitan
belajar merupakan anak yang memiliki gangguan pada hal menguasai dan menggunakan kemampuannya
untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, atau kemampuan dalam bidang
matematisnya seperti menghitung. Dalam gangguan ini bersifat internal bagi
anak, salah satu penyebabnya adalah tidak berfungsinya sistem syaraf pada otak
dan dapat muncul selama rentan kehidupan.
Sedangkan
kesulitan belajar membaca atau dislexia merupakan suatu sindroma kesulitan
dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan
komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang
berkenaan dengan sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa.
Kesimpulan dari
observasi yang saya lakukan di RA. Darussalam Rukti Basuki mengenai anak yang
bernama Aida Azka Mila, ia mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Hal
tersebut terlihat dari ketika ia sedang membaca kata minggu tetapi ia
menyampaikannya migu, ia sering keliru
dalam menyebutkan huruf seperti u menjadi n.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono,
Anak Berkesulitan Belaja Teori, Diagnosis, dan Remediasinyar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2012.
Feronika Linda,
Studi Analisi tentang Kesulitan Membaca (Dyslexia) serta upaya mengatasinya
pada siswa vb sd Muhammadiyah 22 Sruni, Surakarta, Surakarta : Universitas
Muhammadiyah, 2016.
Ismail, Diagnosis
Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah, Banda Aceh : UIN Ar-Raniry, 2016.
Mindawati, kontribusi
kemampuan membaca dan menulis permulaan serta kemampuan berhitung anak
berkesulitan belajar di SD Imbas Gugus II Limau Kecamatan Pauh, Padang : Fakultas Ilmu Pendidikan Negeri, 2002.
[1] Ismail, “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif
di Sekolah” (Banda Aceh : UIN Ar-Raniry, 2016) hal. 33
[2] Mulyono Abdurrahman, “Anak Berkesulitan Belaja (Teori, Diagnosis,
dan Remediasinyar” (jakarta : Rineka Cipta, 2012) hal.2
[3] Ibid, hal.8
[4] ibid, hal.161-162
[5] Ibid, hal. 162-164
[6] Linda Feronika, “Studi Analisi tentang Kesulitan Membaca (Dyslexia)
serta upaya mengatasinya pada siswa vb sd Muhammadiyah 22 Sruni, Surakarta”
(Surakarta : Universitas Muhammadiyah, 2016) hal.4-5
[7] Mindawati, “kontribusi kemampuan membaca dan menulis permulaan
serta kemampuan berhitung anak berkesulitan belajar di SD Imbas Gugus II Limau
Kecamatan Pauh” (Padang : Fakultas
Ilmu Pendidikan Negeri, 2002) hal.19
[8] Linda Feronika, “Studi Analisi tentang Kesulitan Membaca (Dyslexia)
serta upaya mengatasinya pada siswa vb sd Muhammadiyah 22 Sruni, Surakarta”
(Surakarta : Universitas Muhammadiyah, 2016) hal.4
No comments:
Post a Comment