PERKEMBANGAN SOSIAL
EMOSIONAL ANAK USIA DINI
A. Pengertian Perkembangan Sosial dan Emosional pada
Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan
(development), merupakan proses perubahan kapasitas fungsional atau kerja
organ-organ tubuh kearah keadaan yang maikin terorganisasi (dapat dikendalikan)
terspesialisassi (sesuai kemampuan fungsinya masing-masing). Perkembangan
ditekankan pada perubahan psikis.[1]
Adapun pengertian lain, perkembangan merupakan suatu perubahan pada individu
dan perubahan ini bersifat kualitatif. Dalam perkembangan tidak ditekankan pada
segi material melainkan pada segi fungsional.
2. Perkembangan Sosial
Perkembangan
sosial adalah perkembangan peilaku anak dalam menyesuaikan diri dalam
aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada.[2] Perkembangan
sosial juga merupakan suatu pencapaian kematangan Individu dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial ini juga dapat diartikan sebagai proses belajar
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi serta
bekerja sama. Adapun pengertian lain perkembangan sosial merupakan perkembangan
tingkah laku pada anak yang dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan
aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.[3]
Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan sosial merupakan suatu proses belajar anak dalam
menyesuaikan diri terhadap norma, moral, serta tradisi dalam sebuah kelompok
atau dalam lingkungan masyarakat.
3. Perkembangan Emosional
Menurut
Campos, emosi merupakan perasaan atau afeksi yang akan timbul ketika seseorang
berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu. Emosi dapat
diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan
terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialaminya. Dalam hal ini, emosi
dapat berbentuk rasa senang, takut, marah, dan lain sebagainya.[4] Jadi
dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosional merupakan suatu perasaan yang ada dalam diri seseorang
yang dapat berupa perasaan senang maupun tidak senang serta perasaan baik
maupun tidak baik.
Dari
beberapa uraian pendapat mengenai perkembangan sosial emosional diatas dapat
disimpulkan bahwa perkembangan sosial emosional pada anak usia dini merupakan
suatu proses belajar anak bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain sesuai
dengan aturan sosial yang ada dan anak lebih mampu untuk mengendalikan
perasaan-perasaannya yang sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi dan mampu
mengungkapkan perasaanya tersebut. Perkembangan sosial emosional pada anak
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena membahas mengenai perkembangan
emosi akan berkaitan dengan perkembangan sosial pada anak.
B. Karakteristik Perkembangan Sosial dan Emosional Anak
Usia Dini
1. Ciri sosial anak usia dini
Dalam
hal ini dapat dilihat dari anak usia dini biasanya mudah bersosialisasi dengan
orang sekitar. Umumnya anak usia dini memiliki satu atau dua sahabat dan
biasanya sahabat ini dapat mudah berganti. Mereka umumnya mudah dan cepat
menyesuaikan dirinya secara sosial. Patten mengamati tingkah laku sosial pada
anak usia dini ketika mereka sedang bermain bebas, antara lain:
a. Tingkah laku unoccupied, anak tidak dapat bermain dengan sesungguhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak ;ain dan memandang temannya tanpa melakukan
kegiatan apa pun.
b. Bermain sosialiter, anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa yang
dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Merka biasanya tidak pernah berusaha
untuk saling berbicara.
c. Tingkah laku onlooker, alat menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang memberi
komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk
saling bermain bersama.
d. Bermain parallel, dalam hal ini anak bermain saling berdekatan tetapi
tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lainnya. Mereka menggunakan
alat permainan yang sama, berdekatan tetapi tidak dengan cara yang saling tidak
bergantung.
e. Bermain assosiatif, dalam hal ini anak bermain dengan anak lain tetapi
tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing disini anak bermain
dengan caranya sendiri.
f. Bermain kooperatif, dalam hal ini anak bermain dalam kelompok di mana ada
organisasi dan ada pemimpinnya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain
dengan bersamaan, misalnya bermain perang-perangan, pasar-pasaran,
sekolah-sekolahan, dan lain sebagainya.
2. Ciri emosional anak usia dini
Biasanya
anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.
Dalam usia ini anak sering mengeluarkan sikap marah, iri hati juga sering terjadi.
Dalam usia inia ank-anak biasanya sering memperebutkan perhatian dari guru.
emoasi yang tinggi biasanya disebabkan oleh masalah psikologis dibandingkan
dengan masalah fisiologis. Hurlock mengemukakan pola-pola emosi umum pada masa
kanak-kanak, antara lain:
a. Amarah
Dalam
hal ini penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan,
tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain. Ketika
anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan
menangis, teriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau dengan memukul.
b. Takut
Dalam
hal ini reaksi yang ditimbulkan anak terhadap rasa takut ialah panik, kemudian
menjadi khusus lagi menjadi seperti lari, menghindar, bersembunyi, dan
menangis.
c. Cemburu
Anak
akan merasa cemburu jika ia mengira bahwa perhatian dari orang tua beralih
kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Biasanya
anak menunjukkan kecemburuannya dengan berperilaku seperti anak kecil seperti
emngompol, pura-pura sakit, atau dengan menjadi nakal yang berlebihan.
d. Ingin tahu
Dalam
hal ini anak mempunyai rasaingin tahu terhadap hal-hal yang abru dilihatnya,
juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.
e. Iri hati
Iri
hati ini biasanya diungkapkan dengan bermacam-macam cara, yang paling umum
adalah dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan
keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki oleh orang lain.
f. Gembira
Anak
yang merasa gembira akan menunjukkan kegembiraannya dengan tersenyum dan
tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau yang membuat
orang lain bahagia.
g. Sedih
Dalam hal ini anak yang
merasa sedih disebabkan karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau
yang dianggap penting bagi dirinya, baik itu orang, binatang, atau benda mati
seperti mainan.
h. Kasih sayang
Dalam hal ini anak-anak
belajar untuk mencintai orang lain, binatang, atau benda lain yang menyenangkan
bagi anak. ketika besar anak mengungkapkan kassih sayang dengan secara lisan
sedangkan jika masih kecil anak menyatakannya dengan secara fisik seperti memeluk,
menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.[5]
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Pada Anak Usia Dini
Terdapat tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosial emosional pada anak, antara lain:[6]
1. Faktor Hereditas
Menurut
Rini Hildayati, mengatakan bahwa faktor hereditas ini berhubungan dengan
hal-hal yang telah diturunkan dari orang tua kepada anak cucunya yang
pemberiannya sejak ia lahir. Dalam hal ini faktor hereditas merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan
pada anak usia dini, termasuk perkembangan sosial dan emosi mereka.
2. Faktor Lingkungan
Menurut
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, faktor lingkungan merupakan sebagai kekuatan
yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh terhadap
susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk pengalaman sosial maupun
pengalaman emosi pada anak sejak sebelum ia ada dan sesudah ia sudah lahir.
3. Faktor Umum
Faktor
umum ini maksudnya adalah unsur-unsur yang dapat digolongkan kedalam kedua
faktor diatas (faktor hereditas dan faktor lingkungan). Faktor umum ini
merupakan campuran dari faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor umum ini
dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini pada jenis kelamin, kelenjar
gondok, serta kesehatannya.
D. Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini
Dalam meningkatkan perkembangan sosial
emosional pada anak sebaiknya memperhatikan apa yang terjadi dengan anak didik,
agar seorang guru mampu menstimulus perkembangan emosi pada anak usia dini,
supaya anak dapat mengola emosi, memotivasi diri sendiri, berempati dan dapat
membina hubungan dengan orang lain. Diantaranya adalah:[7]
1. Mengenali emosi sendiri
Dari
hal ini, tugas seorang guru adalah membina kestabilan emosi anak menuju
perkembangan lebih lanjut sejalan dengan pertumbuhan pada umur anak.
2. Mengelola emosi anak
Disini
seorang guru harus turun tangan untuk dapat membantu mengatasi masalah yang
sedang dihadapi oleh anak, dengan cara menghibur dirinya sehingga anak dapat
bangkit dari kekacauan yang sedang dialaminya.
3. Memotivasi diri sendiri
Disini
seorang pendidik mengarahkan anak untuk dapat memotivasi dirinya sendiri dengan
cara berfikir optimis dan positif.
Dari
penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa sangat pentingnya meningkatkan
sosial emosional pada anak usia dini karena emosional anak kelak akan dapat
sukses dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini agar seorang pendidik tidak
tergelincir pada penyediaan perkembangan sosial emosional diberikan bebrapa
pedoman yang harus diperhatikan oleh pendidik. Antara lain:[8]
1.
Seorang
pendidik harus dapat menghargai, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan
martabatnya.
2.
Seorang
pendidik harus dapat memahami karakteristik pada anak.
3.
Seorang
pendidik harus dapat mendorong anak berkolaborasi atau bekerja sama dengan
sesama temannya.
4.
Seorang
pendidik harus dapat menggunakan strategi pembelajaran yang cukup luas, untuk
emmperkaya pengalaman pembelajaran bagi anak.
Seorang pendidik harus
dapat memfasilitasi anak untuk meningkatkan rasa tanggung jawab akan dirinya
sendir
[1]Encep Sudirjo, “Pertumbuhan dan
Perkembangan Motorik (KonsepPerkembangan dan Pertumbuhan Fisik dan Gerak
Manusia)”, (Jawa Barat: UPI Sumedang Press, 2018), hal.5.
[2]Isjoni, “Model Pemeblajaran Anak
Usia Dini”. (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.30.
[3]Femmi Nurmalitasari, “Perkembangan
Sosial Emosi Pada Anak Prasekolah”, (Universitas Gdjah Mada, Jurnal Buletin
Psikologi, 2015), Volume. 23, Nomor. 2, hal.104.
[4] Ibid, Femi Nurmalitasari, “Perkembangan
Sosial Emosi Pada Anak Usia Prasekolah”, hal. 105-106.
[5]Ahmad Susanto, “Perkembangan Anak
Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya), (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2014), hal.147-151.
[6]Nurjanah, “Mengembangkan
Kecerdasan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Keteladanan”, Jurnal
Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, Volume. 14 Nomor. 1, Juni 2017, hal.
54-55.
[7]Rizki Ayudia, “Mengembangkan
Sosial Emosional Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B.1 RA AL-ULYA
Bandar Lampung”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan: IAIN Raden
Intan Bandar Lampung, 2017), hal.40.
[8]Ibid, Rizki Ayudia, “Mengembangkan
Sosial Emosional Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B.1 RA AL-ULYA
Bandar Lampung”, hal.41.
No comments:
Post a Comment